Jumat, 07 Oktober 2011

Luv u aLL

SAHABAT
tak seperti awan berarak.
tak seperti air tenang tak beriak.
tak seperti bunga mekar berkelopak.
hatiku pedih berpetak-petak.
jauh terpisah dari sahabat.
jiwa kini terasa gelap.
seakan di bawah terik mentari.
pedih bak tertusuk duri.
kau tenang dalam pelukku yang tak pernah LEPAS.
kau damai dalam jiwaku yang tak pernah KANDAS.
kau tentram dalam hidupku yang tak pernah TERKURAS.
karna ku tahu, namamu bagaikan EMAS.
SAHABAT
Mungkin nanti takkan ada gelak tawa itu…
Senyum ceria itu…
Tangis haru itu…
Dan mungkin keakraban itu tinggal kenangan…
Seiring berlalunya malam ini…
Dan pagi mulai merekah…Kan menjelma menjadi masa lalu…
Dan ku hanya dapat memandang…
Punggung kalian yang kian menjauh…
Lalu sirna dari pandangan…
[Untuk Seorang Sahabat]
Mungkin waktu kan terus berlalu, membawa buih-buih pergi menjauh. Dan manusia hanyalah butir pasir berserak di hamparan zaman, yang mengikuti kemana angin takdir berhembus. Dan mungkin waktu melapukkan batu, membuat besi menjadi karat; Mengubah dunia menjadi tidak seperti yang kita kira dan angankan. Walau sungguh pun waktu berkuasa, persahabatan sejati takkan mudah pudar olehnya.
Akan kenangan saat mimpi-mimpi bersemi semerbak, dan akan kenangan saat mimpi-mimpi terhempas berkeping di jalan berlubang kehidupan — dan kau ada di sana sebagai sahabat yang memahami segala keluh kesah. Atas kebaikan yang mungkin tidak kau sadari, oleh sekedar canda yang membuat hidup ini lebih memiliki arti; menjauhkan rasa nyeri sedari.
Dan sahabat, jika apa yang kita miliki memang persahabatan yang tulus, maka ada tali silaturahmi yang mesti kita jaga. Walau jarak merenggangkan ikatan, dan harapan-harapan membawa kita berlayar ke negeri-negeri asing; ketahuilah bahwa ada seorang sahabat yang akan membantumu jika engkau membutuhkannya.
Kado ini tak lebih berharga ketimbang kebaikanmu selama ini. Hanya sekeping tanda mata agar kau tak lupa, bahwa ada – ada bahagia untuk menjadi seorang saudara.